Kamis, 19 Juni 2014

Kisah Korban Bullying yang Memilukan

     Setelah di postingan sebelumnya kita membahas dampak dan pengatasan untuk bullying, nah sekarang saya akan memberikan sedikit informasi tentang kisah hidup beberapa korban bullying yang sangat memilukan.
     Survai Latitude News terhadap 40 negara menempatkan Indonesia di posisi kedua setelah Jepang sebagai negara dengan kasus bullying terbanyak. Urutan berikutnya AS dan Kanada, Finlandia, dan Korea Selatan. Tetapi beberapa kisah bullying yang paling memilukan ini justru terjadi di luar negeri.
     Bullying merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan tak boleh ditiru, karena membawa dampak traumatik luar biasa pada korbannya. Begitu traumanya, tak sedikit korban yang memilih mengakhiri hidupnya (bunuh diri), karena saking tak tahan dengan perlakuan bullying. Berikut ini kisah-kisah bullying yang paling mengharukan, amat menyedihkan, yang mestinya membuat kita semua berjanji untuk tidak melakukan praktik ini kepada siapapun.

1. Posting surat bunuh diri di Twitter Carlos Vigil di akun Twitter-nya.
    Selama tiga tahun, remaja yang tinggal di Valencia County, New Mexico, Amerika Serikat, ini diejek kawan-kawannya hanya karena berjerawat dan memakai kacamata. Bahkan, dia dianggap seorang gay. Ray Virgil, sang ayah, sangat geram mendengar anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak pemerintah setempat segera mengeluarkan peraturan tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying. Pada tanggal 13 Juli 2013, karena benar-benar tak tahan diintimidasi terus-menerus, Carlos menulis dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter. Pada pesan terakhir Carlos Vigil di Twitter-nya, Carlos justru minta maaf kepada teman-temannya yang bertahun-tahun menyakitinya. “Saya adalah orang yang tak memperoleh ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia ini,” tulisnya. Carlos juga meminta teman-temannya untuk tidak menangisi keputusannya. Dia justru minta maaf karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat seseseorang mencintainya. “Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang pecundang, aneh, homo, dan sama sekali tidak dapat diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak mampu membuat seseorang bangga. Aku bebas sekarang. Xoxo,” kata Carlos mengakhiri suratnya. Ketika anaknya memposting tulisan tersebut, Ray Vigil justru sedang di North Carolina dan berbicara dengan parlemen setempat membahas RUU tentang Anti-bullying. Begitu membaca posting anaknya, Ray langsung pulang ke rumah. Sayangnya, dia terlambat. Begitu tiba di rumah, dia melihat anaknya sudah meninggal.

2. Diteror karena terlalu cantik Kecantikan Jade membuat orang lain iri.
     Jade Stringer (14 tahun) dikenal sebagai salah satu siswi paling cantik di sekolahnya, Haslingden High School di Lancashire, Inggris. Bukan hanya itu, dia juga dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Jade juga aktif mengkampanyekan gerakan anti-bullying di sekolahnya. Ada yang salah? Mestinya, tiga kelebihan di atas membuat seseorang merasa bangga, karena orang lain pun pasti menginginkannya. Tapi justru karena kecantikan, aktivitas, dan kampanye anti-bullying inilah yang membuat beberapa temannya iri dan tidak suka terhadap Jade. Dia terus-menerus diteror kawan-kawannya, dan hal itu membuat Jade tak tahan lagi. Akhir cerita mirip dengan Carlos Vigil. Ya, Jade akhirnya ditemukan tewas gantung diri, karena sudah tak sanggup lagi menahan ejekan dan hinaan dari teman-temannya di sekolah.

3. Curhat di youtube sebelum mati Amanda: Pindah sekolah pun tetap diejek via internet.
     Amanda Todd (15 tahun) juga merupakan contoh paling menyedihkan tentang remaja yang menjadi korban bullying di sekolahnya. Dia merupakan siswi kelas 10 di SMA Port Coquitlam, British Columbia, Kanada. Selama bertahun-tahun, Amanda di-bully teman-teman sekolahnya, baik secara langsung maupun via internet. Amanda bahkan sempat pindah sekolah untuk menghindari penindasan, namun mereka tetap saja menghina dirinya di media internet. Tahun lalu, Amanda curhat mengenai penderitaannya dengan menggunggah video ke youtube. Dia menulis kata per kata pada selembar kertas sehingga membentuk cerita. Tak lama kemudian, ia pun nekat mengakhiri hidupnya pada 10 Oktober 2012. Sejak itu, video ini yang diunggahnya menyebar secara viral hingga akhir tahun. Sama seperti beberapa negara bagian di Amerika Serikat, Pemerintah Kanada juga peduli terhadap kasus ini. Kematian Amanda tak sia-sia, sebab Pemerintah Kanada kemudian mengeluarkan UU soal cyber-bullying, agar tak muncul lagi peristiwa serupa. Pelaku, termasuk pelajar, tetap dikenai sanksi pidana yang berat. Carol Todd, ibu Amanda, bahkan membuat LSM bernama Amanda Todd Trust, yang siap membantu para korban bullying dan terus aktif melakukan kampanye anti-bullying.

4. Puisi bunuh diri Izzi Dix: Sebelum mati bikin puisi.
     Sebelum bunuh diri, Izzi Dix (14 tahun) menulis puisi berisi curhatnya ketika di-bully teman-teman sekolahnya. Setelah dia meninggal, puisinya sengaja disebarluaskan Gabbie Dixx, ibunya, agar tak ada lagi orang-orang yang melakukan praktik bullying, karena dampaknya memang sangat buruk bagi korban. “Mungkin banyak yang tidak suka dengan puisi ini. Tetapi inilah yang ada di fikiran putriku sebelum bunuh dini. Aku ingin semua remaja lebih berpikir tentang bahaya bullying sebelum dia melakukan tindakan itu,” ujar Gabbie. Puisi ini ditulis Izzi setelah dia datang ke pesta yang dilakukan teman-temannya, dan dia mendapat perlakuan yang sangat buruk. Begini puisinya : They push me away. I stand still. My eyes glazed and absent. They start to ask questions, As to why I am there. They begin to tell me that nobody wants me there. They tell me to leave and that I am not wanted. Not there, not anywhere… (Mereka memaksaku pergi. Aku berdiri dalam diam. Mataku berkaca-kaca, hening. Mereka bertanya, mengapa aku di sana. Mereka memberitahuku, tak seorangpun menginginkanku di sana. Mereka memberitahuku agar segera enyah, tetapi aku tak ingin. Tak ada, tidak di mana saja…

5. Menulis surat untuk Sinterklas Ryan (kiri) dan saudara kembarnya, Amber.
     Ryan dan Amber adalah anak kembar berbeda jenis kelamin dan berumur 8 tahun. Suatu hari, Ryan menulis surat untuk Santa Claus (Sinterklas), mengenai perlakuan buruk teman-temannya terhadap Amber: “Dear Santa. Ibu menyuruhku untuk mengirim surat mengenai daftar permintaan pada Hari Natal. Aku ingin mobil-mobilan dan helikopter, tapi aku tidak mau hal itu lagi. Anak-anak di sekolah terus memperlakukan Amber dengan buruk, dan itu tak adil. Aku telah berdoa pada Tuhan, tapi sepertinya Dia sibuk dan aku membutuhkan bantuanmu.” Isi surat ini sepertinya lucu, tetapi sebenarnya sangat menyentuh. Dengan kepolosannya, Ryan tidak lagi menginginkan aneka mainan. Dia justru memberikan empati luar biasa terhadap kembarannya, Amber, yang terus-menerus di-bully teman-teman sekolahnya. Amber selalu diejek teman-temannya sebagai gadis cilik gendut dan hiperaktif. Tentu yang membaca surat ini bukanlah Sinterklas, melainkan ibunya sendiri. Berkat surat dari Ryan, Ibu segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan Amber dari praktik bullying ini, yaitu memindahkannya ke sekolah lain.

6. Dikerjain sebagai ratu pesta Whitney Kropp: Si cantik bernasib malang.
     Kisah ini mungkin sepele, tetapi cobalah Anda (terutama cewek) berada pada posisi Whitney Kropp. Gadis berumur 16 tahun ini sekolah di Ogemaw Heights High School, salah satu SMA cukup terkenal di daerah West Branch, Michigan, Amerika Serikat. Menjelang digelar pesta besar di sekolahnya, Whitney dikabari teman-temannya dinobatkan sebagai ratu pesta, sehingga diminta berdandan secantik mungkin saat pesta nanti. Siapa yang tak bangga terpilih jadi ratu pesta? Maka, Whitney pun berdandan habis-habisan. Bahkan dia membeli gaun dan sepatu baru, serta mendatangi salon yang mahal, agar penampilannya terlihat cantik bak putri kerajaan. Ketika pesta digelar, Whitney yang terlanjur berdandan cantik ini dengan tenang berjalan ke tengah lapangan sekolahnya. Seketika itu juga, muncul tawa ejekan dari teman-temannya. Ah, ternyata dia sedang dikerjain teman-temannya, terutama dari salah satu geng di sekolah yang selama ini sering melakukan praktik bullying terhadap Whitney. Kasus yang sepertinya sepele ini kemudian mencuat di berbagai media, terutama media online, dan mengundang simpati dari berbagai kalangan. Praktik penindasan di sekolah yang marak akhir-akhir ini memang membuat berbagai pihak merasa gerah. Banyak sekali orang yang tersentuh melihat derita Whitney. Bahkan lebih dari 1.000 orang datang ke rumahnya, hanya untuk memberi dukungan terhadap Whitney. Mereka lalu membuat Facebok page untuk mendukung Whitney Kropp. Dalam waktu singkat, 44.000 orang mengklik Like pada halaman Facebook tersebut. Bahkan pemerintah lokal ikut memberikan dukungan, termasuk mengganti seluruh biaya pembelian gaun dan sepatu yang telah dikeluarkan Whitney, hingga biaya perawatan salon dan makan malam saat pesta digelar.

     Nah, setelah membaca pengalaman pahit mereka si korban bullying, apakah masih ada diantarav kalian yang tidak percaya bahwa efek bullying yang terkadang dianggap sepele orang orang sekitar ternyata sangat besar bahkan sampai membuat si korban dapat melakukan aksi bunuh diri. Apakah masih ada yang berniat menjadi pelaku bullying ? atau menjadi pemeran kecil dari bullying seperti ikut menertawakan saat ada teman anda yang dibully ? ataukah anda ingin berubah dari pelaku bullying, pemeran kecil bullying menjadi seorang yang menerapkan anti bullying ? saya sangat berharap anda dapat berpikir dan mengambil keputusan yang tepat. Kalau denngan perbedaan, rasa sayang menyayangi dan saling tolong menolong kita bisa hidup lebih baik dan nyaman sebagai satu saudara, kenapa kita lebih memilih untuk menyakiti orang lain ?
STOP BULLYING and Don’t make people miserable because everyone is perfect in their own way!sampai ketemu dipostingan bullying berikutnya mengenai pengalaman saya sebagai korban bullying itu sendiri …

0 komentar:

Posting Komentar