ARTIKEL TERKAIT
TEORI MARVIN ZUCKERMAN
FENOMENA
Olahraga
tidak hanya tentang menendang, memukul, maupun menangkap. Kegiatan olahraga
yang berlebel ekstrim hampir semuanya identik dengan olahraga outdoor. Extreme
sport memang memiliki tingkat resiko bahaya yang tinggi dan dapat memompa
adrenalin lebih cepat. Beberapa contohnya ialah Parkour
dan Free Style In-line Skate. Seperti Parkour yang
merupakan aktivitas yang menggunakan prinsip kemampuan badan manusia. Parkour
tidak mengenal adanya kompetisi, tetapi dikenal dengan istilah Jamming untuk
menggambarkan kegiatan kumpul bersama sambil berbagi teknik atau metode latihan
sesama praktisi.Parkour tidak bisa disebut murni seni. Karena parkour tidak
seperti dance yang mengedepankan keindahan dalam melakukan gerakan dan trik,
atau capoeira yang indah dalam jurus. Parkour lebih mengedepankan tentang
bagaimana cara kita bergerak dari satu titik ke titik lainnya, sedangkan
keindahan adalah bonus. Untuk lebih tepatnya, parkour lebih pas disebut sebagai
"Aktivitas Disiplin". Berbeda dengan skateboard yang lebih
mengutamakan pemakaian papan seluncur. Bagi orang awam, kegiatan tersebut
kegiatan yang berbahaya karena beberapa kegiatan ini dilakukan tanpa alat
pengaman.
Indah, salah satu pemain Free Style
In-Line Skate mengatakan, “Di inline
skate memang banyak tantangan, tapi itu yang membuat saya tertarik.
Karena butuh konsentrasi untuk menjaga keseimbangan,” Bagi Indah hal yang perlu
disiapkan adalah mental dan niat.
Zulfikar Taufiq Bhismo
Pamungkas adalah seorang siswa SMA yang menekuni kegiatan Parkour. Alasannya
memilih paskour karena merupakan olahraga ekstreme yang juga bisa melatih
mentalnya. Zulfikar pernah jatuh dan mengakibatkannya tidak bisa latihan selama
2 minggu. Tak cuma itu, kepalanya hampir mengenai tanah, tangannya memar, dan perut
berdarah. Walaupun begitu, kecintaannya terhadap olahraga ekstreme ini tak
berkurang sedikitpun.
Sama halnya dengan Zulfikar, Otto,
salah satu pelajar SMA Kolese Debritto, sudah berkecimpung di dunia parkour
sejak kelas 2 SMP. Baginya, parkour merupakan kegiatan ekstrim yang memeiliki
teknik untuk melewati suatu rintangan. Otto mengaku bahwa dari kegiatan yang
mengutamakan kemampuan badan manusia ini mampu membuatnya menjadi lebih terlatih
dan berani. Baginya, Parkour merupakan kegiatan yang ekstrim. Dia menyarankan untuk
tidak melakukan parkour kalau belum bisa menguasai teknik-teknik dasarnya.
TEORI MARVIN
ZUCKERMAN: SENSATION SEEKING
Menurut Zuckerman, sensation seeking
dideskripsikan sebagai keinginan untuk bervariasi/beragam, baru,
kompleks/rumit, sensasi yang intens dan pengalaman serta kesukarelaan dalam
mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara financial demi sebuah
pengalaman. Sederhananya, sensation seeking dapat diartikan sebagai mencari pengalaman-pengalaman
baru untuk dirinya sendiri.
Dengan menggunakan metode factor
analysis, ada 4 komponen dari sensation seeking yaitu:
1. Thrill
and adventure seeking
yaitu
keinginan untuk ikut dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya,
dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba
diving.
2. Experience
seeking
yaitu mencari pengalam baru melalui
travel, musik dan seni.
3. Disinhibition
yaitu kebutuhan untuk terbebas dari
halangan dalam aktivitas sosial.
4. Boredom
susceptibility
yaitu ketidak toleran pada
pengalaman yang berulang-ulang, rutinitas kerja dll.
PEMBAHASAN KASUS
Menurut Zuckerman, sensation seeking
adalah keinginan untuk bervariasi/beragam, kompleks/rumit, sensasi yang intens
dan pengalaman serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial,
legal, dan secara financial demi sebuah pengalaman.
Dari pengertian tersebut, dapat dikaitkan dengan
tiga remaja yang ada pada kasus di atas, dimana mereka menyukai dan mencari
kegiatan serta pengalaman yang menantang, dengan menggeluti olahraga yang
bernama Skate dan Paskour. Dengan mengalahkan rintangan yang ada di lapangan, bahkan
sampai membahayakan diri mereka sendiri, tapi tetap saja olahraga tersebut
memiliki magnet yang membuat mereka tetap menyukai olahraga ekstreme tersebut.
Dengan menggunakan metode factor analysis, saya
mengidentifikasikan kasus di atas kedalam dua komponen dari sensation seeking
yang dikemukakan oleh Marvin Zuckerman, yaitu:
1. Thrill
and adventure seeking
yaitu keinginan untuk ikut dalam
aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang
gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
Berdasarkan fenomena diatas para pecinta olahraga skate dan
poskour sepertinya memang menyukai olahraga ekstrem, walaupun mereka tahu bahwa
ada banyak resiko yang bisa saja mereka alami saat melakukannya. Bagi mereka,
olahraga ekstreme dapat melatih konsentrasi, dan mental mereka. Mereka dapat
melakukan dua hal yang mereka sukai sekaligus, yaitu berolahraga ekstreme dan
melatih konsentrasi serta mental mereka.
2. Disinhibition
yaitu kebutuhan untuk terbebas dari
halangan dalam aktivitas sosial.
Menurut saya dari kasus di atas
dapat dilihat bahwa olahraga ekstreme ini dapat mengobati penat mereka terhadap
rutinitas sekolah yang mereka jalani. Buktinya saja mereka tetap menjalani
olahraga ekstreme ini walaupun sudah jelas terlihat beratnya resiko yang di
dapat. Untuk mereka olahraga tersebut mampu membuat mereka menjadi lebih
terlatih dan berani.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Parkour
Schultz dan Schultz. 2005. Theories of Personality
0 komentar:
Posting Komentar