Sabtu, 27 Desember 2014

MARVIN ZUCKERMAN


ARTIKEL TERKAIT TEORI MARVIN ZUCKERMAN

FENOMENA
            Olahraga tidak hanya tentang menendang, memukul, maupun menangkap. Kegiatan olahraga yang berlebel ekstrim hampir semuanya identik dengan olahraga outdoor. Extreme sport memang memiliki tingkat resiko bahaya yang tinggi dan dapat memompa adrenalin lebih cepat. Beberapa contohnya ialah Parkour dan Free Style In-line Skate. Seperti Parkour yang merupakan aktivitas yang menggunakan prinsip kemampuan badan manusia. Parkour tidak mengenal adanya kompetisi, tetapi dikenal dengan istilah Jamming untuk menggambarkan kegiatan kumpul bersama sambil berbagi teknik atau metode latihan sesama praktisi.Parkour tidak bisa disebut murni seni. Karena parkour tidak seperti dance yang mengedepankan keindahan dalam melakukan gerakan dan trik, atau capoeira yang indah dalam jurus. Parkour lebih mengedepankan tentang bagaimana cara kita bergerak dari satu titik ke titik lainnya, sedangkan keindahan adalah bonus. Untuk lebih tepatnya, parkour lebih pas disebut sebagai "Aktivitas Disiplin". Berbeda dengan skateboard yang lebih mengutamakan pemakaian papan seluncur. Bagi orang awam, kegiatan tersebut kegiatan yang berbahaya karena beberapa kegiatan ini dilakukan tanpa alat pengaman.
            Indah, salah satu pemain Free Style In-Line Skate mengatakan, “Di inline skate memang banyak tantangan, tapi itu yang membuat saya tertarik. Karena butuh konsentrasi untuk menjaga keseimbangan,” Bagi Indah hal yang perlu disiapkan adalah mental dan niat.
            Zulfikar Taufiq Bhismo Pamungkas adalah seorang siswa SMA yang menekuni kegiatan Parkour. Alasannya memilih paskour karena merupakan olahraga ekstreme yang juga bisa melatih mentalnya. Zulfikar pernah jatuh dan mengakibatkannya tidak bisa latihan selama 2 minggu. Tak cuma itu, kepalanya hampir mengenai tanah, tangannya memar, dan perut berdarah. Walaupun begitu, kecintaannya terhadap olahraga ekstreme ini tak berkurang sedikitpun.
            Sama halnya dengan Zulfikar, Otto, salah satu pelajar SMA Kolese Debritto, sudah berkecimpung di dunia parkour sejak kelas 2 SMP. Baginya, parkour merupakan kegiatan ekstrim yang memeiliki teknik untuk melewati suatu rintangan. Otto mengaku bahwa dari kegiatan yang mengutamakan kemampuan badan manusia ini mampu membuatnya menjadi lebih terlatih dan berani. Baginya, Parkour merupakan kegiatan yang ekstrim. Dia menyarankan untuk tidak melakukan parkour kalau belum bisa menguasai teknik-teknik dasarnya.

TEORI MARVIN ZUCKERMAN: SENSATION SEEKING
            Menurut Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk bervariasi/beragam, baru, kompleks/rumit, sensasi yang intens dan pengalaman serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara financial demi sebuah pengalaman. Sederhananya, sensation seeking dapat diartikan sebagai mencari pengalaman-pengalaman baru untuk dirinya sendiri.
            Dengan menggunakan metode factor analysis, ada 4 komponen dari sensation seeking yaitu:
1.      Thrill and adventure seeking
yaitu keinginan untuk ikut dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
2.      Experience seeking
            yaitu mencari pengalam baru melalui travel, musik dan seni.
3.      Disinhibition
            yaitu kebutuhan untuk terbebas dari halangan dalam aktivitas sosial.
4.      Boredom susceptibility
            yaitu ketidak toleran pada pengalaman yang berulang-ulang, rutinitas kerja dll.

PEMBAHASAN KASUS
            Menurut Zuckerman, sensation seeking adalah keinginan untuk bervariasi/beragam, kompleks/rumit, sensasi yang intens dan pengalaman serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan secara financial demi sebuah pengalaman.
Dari pengertian tersebut, dapat dikaitkan dengan tiga remaja yang ada pada kasus di atas, dimana mereka menyukai dan mencari kegiatan serta pengalaman yang menantang, dengan menggeluti olahraga yang bernama Skate dan Paskour. Dengan mengalahkan rintangan yang ada di lapangan, bahkan sampai membahayakan diri mereka sendiri, tapi tetap saja olahraga tersebut memiliki magnet yang membuat mereka tetap menyukai olahraga ekstreme tersebut.
            Dengan menggunakan metode factor analysis, saya mengidentifikasikan kasus di atas kedalam dua komponen dari sensation seeking yang dikemukakan oleh Marvin Zuckerman, yaitu:
1.      Thrill and adventure seeking
            yaitu keinginan untuk ikut dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
            Berdasarkan fenomena diatas para pecinta olahraga skate dan poskour sepertinya memang menyukai olahraga ekstrem, walaupun mereka tahu bahwa ada banyak resiko yang bisa saja mereka alami saat melakukannya. Bagi mereka, olahraga ekstreme dapat melatih konsentrasi, dan mental mereka. Mereka dapat melakukan dua hal yang mereka sukai sekaligus, yaitu berolahraga ekstreme dan melatih konsentrasi serta mental mereka.

2.      Disinhibition
            yaitu kebutuhan untuk terbebas dari halangan dalam aktivitas sosial.
         Menurut saya dari kasus di atas dapat dilihat bahwa olahraga ekstreme ini dapat mengobati penat mereka terhadap rutinitas sekolah yang mereka jalani. Buktinya saja mereka tetap menjalani olahraga ekstreme ini walaupun sudah jelas terlihat beratnya resiko yang di dapat. Untuk mereka olahraga tersebut mampu membuat mereka menjadi lebih terlatih dan berani.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Parkour
Schultz dan Schultz. 2005. Theories of Personality

0 komentar:

Posting Komentar