skip to main |
skip to sidebar
Teori ekologi ini dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner yang focus utamanya terletak pada konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang memengaruhi perkembangan anak. Artinya, teori ini menganggap bahwa lingkungan sangat berperan dalam perkembangan anak. Dalam teori ini terdapat lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi interpersonal sampai ke peengaruh kultur yang lebih luas. Kelima sistem tersebut disebut sebagai mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Berikut adalah pembahasan kelima sistem lingkungan tersebut.
1. Mikrosistem Sistem ini adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Dalam sistem ini individu berinteraksi secara langsung dengan keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga. Menurut Bronfenbrenner dalam setting ini murid bukanlah penerima pengalaman secra pasif, tetapi murid adalah orang yang berinteraksi secara timbal balik. Contohnya seperti pengalaman saat saya duduk di bangku TK. Saat itu saya mulai menjalin interaksi dengan orang lain, yaitu dengan teman sekelas dan guru saya. Awalnya saya masih canggung berada di lingkungan yang baru saya masuki, tetapi karna teman-teman sekelas dan guru saya menunjukkan sikap yang welcome kepada saya seperti menanyakan siapa nama saya, dan mengajak saya bermain, akhirnya kecanggungan itupun hilang. Sayapun mulai menanyakan nama teman-teman sekelas saya dan mengajak mereka bermain. Bahkan dengan tidak canggungnya saya mulai aktif menghujani guru saya dengan beberapa pertanyaan yang konyol.
2. Mesosistem Mesosistem merupakan interaksi antar faktor dalam mikrosistem, seperti hubungan antar sekolah dan keluarga. Sekolah dan keluarga juga merupakan hal yang sangat berperan penting dalam perkembangan seorang anak. Contohnya sepulang sekolah, mama ataupun papa saya selalu menanyakan bagaimana saya saat di sekolah hari itu, apa saja yang diajarkan guru kepada saya dan bagaimana teman-teman saya. secara tidak langsung orangtua saya memberikan saya kesempatan untuk berkomunikasi lebih banyak. Hal ini akan berdampak baik saat saya berada di sekolah, karena saya akan menunjukkan keinisiatifan saat menjawab beberapa pertanyaan yang ada dan ini akan terlihat pada nilai akademik yang lebih baik.
3. Ekosistem Ekosistem terjadi ketika pengalaman disetting lain dimana murid tidak berperan aktif tetapi terkena pengaruh dalam konteks terdekat. Sederhananya, ekositem sangat mempengaruhi individu walaupun tidak berperan aktif di dalamnya. Contohnya lingkungan kerja orangtua, teman, dewan sekolah, dan lingkungan masyarakat lainnya. Sebagai contoh saat saya SD, mama saya mendecor kamar saya dengan cat berwarna warni dan ditempeli sticker karakter kartun favorite saya. Saya sangat senang. Secara tidak langsung hal ini berdampak kepada sikap saya. Saya menjadi anak yang periang dan selalu semangat setiap harinya karena setiap saya bangun tidur saya melihat cat di dinding kamar saya yang berwarna warni dengan sticker kartun favorite saya.
4. Makrosistem Makrosistem meliputi kultur yang lebih luas dimana individu hidup. Kultur mencakup peran etnis, faktor sosioekonomi, dan termasuk nilai dan adat istiadat yang berpengaruh dalam perkembangan anak. Ideologi Negara juga berpengaruh pada perkembangan anak. Contohnya, saya tinggal bersama kedua orangtua saya yang berkebangsaan Indonesia. Di dalam keluarga saya, saya selalu diajarkan bagaimana budaya orang timur (Indonesia) yang terkenal sopan dan ramah, seperti selalu menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, berkata sopan kepada oranglain, selalu menolong teman yang lagi kesusahan, dan masih banyak lagi.Jadi, ideologi negarapun sangat berpengaruh kepada perkembangan seorang anak ke depannya.
5. Kronosistem Kronosistem adalah kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Hal ini merujuk pada perubahan keadaan atau zaman dimana seorang anak tumbuh dan berkembang. Implikasi sistem ini dibuktikan dengan perubahan teknologi, dimana anak-anak lebuih cenderung senang bermain games yang ada di gadget mereka dibandingkan dengan permainan tradisional seperti bermain kelereng, petak umpet, alicindung, dll. Tetapi tidak semua perubahan teknologi berdampak negatif, dampak positif sistem ini juga terlihat nyata. Sebagai contoh, saya adalah seorang mahasiswi. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa di dunia perkuliahan kita dituntut untuk aktif mencari berbgai informasi agar menambah pengetahuan kita semakin luas. Jadi, selain dari buku, saya juga dapat mencari informasi ,melalui internet. Bahkan terkadang, informasi-informasi tersebut lebih lengkap adanya. Secara otomastis ini memudahkan saya dalam menambah pengetahuan. Tidak hanya saya, tetapi juga untuk mahasiswa/i lainnya.
Jadi, teori Bronfenbrenner memberikan kerangka teoritis untuk mengkaji konteks sosial secara sistematis, baik ditingkat mikro maupun makro. Teori Bronfenbrenner memicu perhatian pada arti penting kehidupan anak dalam setting yang lebih dari satu dan teori ini telah popular di tahun-tahun belakangan ini.
Kelompok 2 :Ibrena Putri Teresha (13-112)Miranda Purnama (13-008)Yolanda Maranatha (13-080)Syauqina Batubara (13-082)Rizka Amalia Lubis (13-134)
0 komentar:
Posting Komentar